watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
ooh mama ooh adikku

Saat itu
usiaku 11 tahun dan masih duduk di kelas 6 SD.
Dan orang-orang pertama yang menjadi
pemuas nafsuku adalah Mama dan adikku
sendiri.
Sudah sejak berumur 7 atau 8 tahun aku
mempunyai keingintahuan dan hasrat yang
kuat akan seks. Secara sembunyi-sembunyi aku
sering membaca majalah dewasa milik orang
tuaku. Biasanya hal itu kulakukan saat sebelum
berangkat sekolah dan orang tuaku tidak di
rumah. Saat membaca majalah tersebut aku
juga beronani untuk memuaskan hasratku.
Pada saat usiaku 10 tahun, hasratku akan
pemuasan seks semakin besar, maklum saat itu
adalah masa puber. Frekuensiku melakukan
onani juga semakin sering, dalam sehari bisa
sampai 4 kali. Dan setiap hari minimal 1 kali pasti
aku lakukan.
Pada suatu sore ketika aku duduk di kelas 6 SD,
saat itu tidak ada seorang pun di rumah. Papa
sedang bertugas keluar kota, sedangkan Mama
dan adikku sedang mengikuti suatu kegiatan
sejak pagi. Aku gunakan kesempatan tersebut
untuk menonton blue film milik orang tuaku.
Sejak pagi sudah 3 film aku putar dan sudah 4
kali aku melakukan onani. Namun hasratku
masih juga begitu besar.
Ada adegan yang sangat aku sukai dan aku
sering berkhayal bahwa aku menjadi pemeran
pria dalam film itu. Adegan itu adalah saat
seorang pria sedang berbaring sementara
wanita pertama duduk di atas penis sang pria
sambil menggoyangkan pinggulnya dan wanita
kedua duduk tepat di atas mukanya sementara
sang pria dengan lahapnya menjilati vagina
wanita kedua tersebut.
Aku segera menurunkan celanaku bersiap
melakukan onani sambil menyaksikan adegan
favoritku. Di tengah-tengah kegiatanku dan film
sedang hot-hotnya, tiba-tiba terdengar suara
pintu pagar dibuka. Saat itu menunjukkan pukul
20.00, ternyata Mama dan adikku sudah pulang.
Segera aku kenakan celanaku kembali dan
mengeluarkan video dari playernya kemudian
meletakkannya kembali di tempatnya. Lalu baru
aku membukakan pintu untuk mereka.
"Eh Wan, tolong bantu masukkan barang-
barang dong", Mama memintaku
membantunya membawa barang-barang.
"Iya Ma. Shin, di sana ngapain aja? Koq
sepertinya capek banget sih?", aku menyapa
adikku Shinta.
"Wah, banyak. Pagi setelah aerobik terus jalan
lintas alam. Sampai di atas udah siang. Terus
sorenya baru turun. Pokoknya capek deh.",
Shinta menjelaskannya dengan bersemangat.
Setelah itu mereka mandi dan makan malam.
Sementara aku duduk di ruang keluarga sambil
menonton acara TV. Setelah mereka selesai
makan malam, adikku langsung menuju ke
kamarnya di atas. Mama ikut bergabung
denganku menonton TV.
"Wan, ada acara bagus apa aja?", Mama
bertanya padaku.
"Cuma ini yang mendingan, yang lainnya jelek",
aku memberi tahu bahwa hanya acara yang
sedang kutonton yang cukup bagus.
Saat itu acaranya adalah film action. Setelah itu
ada pembicaraan kecil antara aku dan Mama.
Karena lelah, Mama menonton sambil tiduran di
atas karpet. Tidak lama sesudah itu Mama
rupanya terlelap. Aku tetap menonton. Pada
suatu saat, dalam film tersebut ada jalan cerita
dimana teman wanita sang jagoan tertangkap
dan diperkosa oleh boss penjahat. Spontan saja
penisku mengembang. Aku tetap meneruskan
menonton.
Ketika film sedang seru-serunya, tanpa sengaja
aku menatap Mama yang sedang tertidur
dengan posisi telentang dan kaki yang
terbentang. Baju tidurnya (daster) tersingkap,
sehingga sedikit celana dalamnya terlihat.
Tubuhku langsung bergetar karena nafsuku
yang tiba-tiba meledak. Tidak pernah terpikir
olehku melakukan persetubuhan dengan
Mamaku sendiri. Tapi pemandangan ini
sungguh menggiurkan. Pada usia 29 tahun,
Mama masih terlihat sangat menarik. Dengan
kulit kuning, tinggi badan 161 cm, berat badan
60 kg, buah dada 36B ditambah bentuk
pinggulnya yang aduhai, ternyata selama ini aku
tidak menyadari bahwa sebenarnya Mama
sangat menggairahkan.
Selama ini aku benar-benar tidak pernah punya
pikiran aneh terhadap Mama. Sekarang
sepertinya baru aku tersadar. Nafsu
mendorongku untuk menjamah Mama, namun
sejenak aku ragu. Bagaimana kalau sampai
Mama terbangun. Namun dorongan nafsu
memaksaku. Akhirnya aku memberanikan diri
setelah sebelumnya aku mengecilkan volume
TV agar tidak membangunkan Mama. Aku
bergerak mendekati Mama dan mengambil
posisi dari arah kaki kanannya. Untuk
memastikan agar Mama tidak sampai
terbangun, kugerak-gerakkan tangan Mama dan
ternyata memang tidak ada reaksi.
Rupanya karena lelah seharian, ia jadi tertidur
dengan sangat lelap. Dasternya yang
tersingkap, kucoba singkap lebih tinggi lagi
sampai perut dan tidak ada kesulitan. Tapi itu
belum cukup, aku singkap dasternya lebih tinggi
lagi dengan terlebih dahulu aku pindahkan posisi
kedua tangannya ke atas. Sekarang kedua buah
dadanya dapat terlihat dengan jelas, karena
ternyata Mama tidak mengenakan bra.
Langsung aku sentuh buah dada kanannya
dengan telapak tangan terbuka dan dengan
perlahan aku remas. Setelah puas meremasnya,
aku hisap bagian putingnya lalu seluruh bagian
buah dadanya.
Tiba-tiba Mama mendesah. Aku kaget dan
merasa takut kalau-kalau sampai Mama
terbangun. Tetapi setelah kutunggu beberapa
saat tidak ada reaksi lain darinya. Untuk
memastikannya lagi aku meremas buah dada
Mama lebih keras dan tetap tidak ada reaksi.
Walau masih penasaran dengan bagian
dadanya, namun aku takut jika tidak punya
cukup waktu. Sekarang sasaran aku arahkan ke
vaginanya. Mama mengenakan CD tipis
berwarna kuning sehingga masih terlihat bulu
kemaluannya.
Aku raba dan aku ciumi vagina Mama, tapi aku
tidak puas karena masih terhalang CD-nya. Jadi
kuputuskan untuk menurunkan CD-nya sampai
seluruh vaginanya terlihat. Namun hal itu tidak
dapat kulakukan karena posisi kakinya yang
terbentang menyulitkanku untuk
menurunkannya. Jadi terpaksa aku rapatkan
kakinya sehingga aku bisa menurunkan CD-nya
sampai lutut. Tapi akibatnya aku jadi tidak bisa
mengeksplorasi vagina Mama dengan leluasa
karena kakinya kini merapat. Apakah aku harus
melepas semuanya? Tentu akan lebih leluasa,
tapi jika Mama sampai terbangun akan
berbahaya karena aku tidak akan bisa dengan
cepat memakaikannya kembali.
Berhubung nafsuku sudah memburu, maka
aku putuskan untuk melepaskannya semua.
Lalu aku rentangkan kakinya. Sekarang vagina
Mama dapat terlihat dengan jelas. Tidak tahan
lagi, langsung aku cium dan jilati vaginanya.
Lebih jauh lagi, dengan kedua tangan kubuka
bibir-bibir vaginanya dan aku jilati bagian
dalamnya. Aku benar-benar semakin bernafsu,
ingin rasanya aku telan vagina Mama. Tidak
lama setelah aku jilati, vaginanya menjadi
basah. Setelah puas mencium dan menjilati
bagian vaginanya, penisku sudah tidak tahan
untuk dimasukkan ke dalam vagina Mama. Aku
kemudian berdiri untuk melepas celanaku. Lalu
aku duduk lagi di antara kedua kaki Mama dan
aku bentangkan kakinya lebih lebar.
Dengan mengambil posisi duduk dan kedua
kakiku dibentangkan untuk menahan kedua kaki
Mama, aku arahkan penisku ke lubang
vaginanya. Tangan kananku membantu
membuka lubang vagina Mama sementara aku
dorong penisku perlahan. Aku rasakan penisku
memasuki daerah yang basah, hangat dan
menjepit. Tubuhku gemetar hebat karena nafsu
yang mendesak. Setelah beberapa saat akhirnya
seluruh penisku sudah berhasil masuk ke dalam
vagina Mama dengan tidak terlalu sulit, mungkin
karena Mama sudah melahirkan dua orang
anak.
Mulailah kugoyangkan pinggulku maju mundur
secara perlahan. Kurasakan kenikmatan dan
sensasi yang luar biasa. Aku memutuskan
untuk memuaskan nafsuku, apa pun yang
terjadi. Semakin lama gerakanku semakin cepat.
Dengan semakin bernafsu, aku peluk tubuh
Mama dan mengulum dadanya, sementara
penisku terus bergerak cepat menggosok
vagina Mama. Aku sudah tidak peduli lagi
apakah Mama akan terbangun atau tidak, biar
pun terbangun aku akan terus menggoyangnya
sampai aku puas.
Sungguh nikmat. Bahkan lebih nikmat daripada
fantasiku selama ini. Setelah aku berjuang keras
selama 6 menit, akhirnya aku sudah tidak tahan
lagi hingga aku benamkan penisku dalam-dalam
ke vagina Mama. Aku rasakan spermaku
mengalir bersamaan dengan sensasi yang luar
biasa. Seakan melayang sampai-sampai terasa
sakit kepala. Aku biarkan penisku beberapa saat
di dalam tubuh Mamaku.
Setelah cukup rileks, aku cabut penisku. Aku
puas. Aku tidak menyesal. Aku kenakan kembali
celanaku. Sebelum aku kenakan kembali CD-
Mama, aku puaskan diri dengan meremas-
remas vagina Mama. Setelah itu aku rapikan
kembali daster Mama. Aku matikan TV dan naik
menuju kamarku di atas. Aku langsung rebahan
di atas kasurku. Walau aku merasa lelah tapi aku
tidak bisa tidur membayangkan pengalaman
ternikmat yang baru saja aku rasakan.
Pengalaman seorang anak SD yang baru saja
melakukan hubungan seks dengan Mamanya
sendiri.
Membayangkan hal tersebut saja membuat
nafsuku bangkit kembali. Aku berpikir untuk
kembali melakukannya dengan Mama. Aku
berjalan keluar kamar menuju ruang keluarga.
Namun di depan kamar Shinta adikku, entah
apa yang mengubah pikiranku. Aku berpikir,
kalau Mama saja tidur sedemikian lelapnya
maka tentu Shinta juga demikian. Apalagi
selama ini Shinta kalau sudah tidur sulit sekali
untuk dibangunkan.
Perlahan aku buka kamarnya dan aku lihat
Shinta tertidur dengan menggunakan selimut.
Aku masuk ke kamarnya dan aku tutup lagi
pintunya. Seperti yang sudah aku lakukan
dengan Mama, aku juga sudah bertekad akan
menyetubuhi Shinta adikku sendiri. Walaupun ia
bangun aku juga tidak akan peduli.
Lalu aku singkap selimutnya dan aku lepaskan
dasternya serta tidak CD-nya. Sekarang Shinta
sudah benar-benar bugil. Karena Shinta belum
memiliki buah dada, sasaranku langsung ke
vaginanya. Vaginanya sungguh mulus karena
belum ditumbuhi rambut. Aku rentangkan
kakinya lalu aku cium dan jilati vaginanya.
Sekali-kali aku gigit perlahan. Lalu aku buka
lebar-lebar bibir vaginanya dengan jariku dan
kujilati bagian dalamnya.
Setelah puas menciumi vaginanya, aku bersiap
untuk menghunjamkan penisku ke dalam
vagina Shinta yang masih mulus. Aku
rentangkan kakinya dan aku tempatkan
melingkar di pinggangku. Aku ingin mengambil
posisi yang memungkinkanku dapat
menyetubuhi Shinta dengan leluasa.
Lalu kuarahkan penisku ke lubang vaginanya
sementara kedua tanganku membantu
membuka bibir vaginanya. Aku dorong
perlahan namun ternyata tidak semudah aku
melakukannya dengan Mama. Vagina Shinta
begitu sempit, karena ia masih kecil (saat itu ia
baru berusia 9 tahun) dan tentu saja masih
perawan. Tapi itu bukan halangan bagiku. Aku
terus mendorong penisku dan bagian kepala
penisku akhirnya berhasil masuk. Namun untuk
lebih jauh sangat sulit.
Nafsuku sudah memuncak tapi masih belum
bisa masuk juga hingga membuatku kesal.
Karena aku sudah bertekad, maka aku paksakan
untuk mendorongnya hingga aku berhasil.
Namun tiba-tiba saja Shinta merintih. Aku diam
sejenak dan ternyata Shinta tidak bereaksi lebih
jauh. Walaupun aku tidak peduli apakah Shinta
akan tahu atau tidak, tetap saja akan lebih baik
kalau Shinta tidak mengetahuinya.
Kemudian aku mulai menggoyang pinggulku,
tetapi gerakanku tidak bisa selancar saat
melakukannya dengan Mama, karena vagina
Mama basah dan tidak terlalu sempit,
sedangkan milik Shinta kering dan sempit. Aku
terus menggesekan penisku di dalam tubuh
Shinta semakin lama semakin cepat sambil
memeluk tubuhnya. Ada perbedaan kenikmatan
tersendiri antara vagina Mama dan Shinta.
Karena vagina Shinta lebih sempit maka hanya
dalam waktu 3 menit aku sudah mencapai
orgasme.
Kubiarkan spermaku mengalir di dalam vagina
Shinta. Aku tidak perlu khawatir karena aku tahu
Shinta belum bisa hamil. Aku tekan penisku
dalam-dalam dan aku peluk Shinta dengan erat.
Setelah puas aku kenakan lagi pakaian Shinta
baru aku kenakan pakaianku sendiri. Aku
berjingkat kembali ke kamarku dan tertidur
sampai keesokan paginya.
Pada pagi harinya aku agak khawatir jika
ketahuan. Tapi sampai aku berangkat sekolah
tidak ada yang mencurigakan dari sikap Mama
maupun Shinta. Sejak saat itu aku selalu
terbayang kenikmatan yang aku alami pada
malam itu. Aku ingin mengulanginya. Dengan
Mama kemungkinannya bisa dilakukan jika Papa
tidak di rumah. Jadi akan lebih besar
kesempatannya jika melakukannya dengan
Shinta saja. Walaupun pada saat melakukannya,
aku tidak peduli jika diketahui tetapi tetap akan
lebih aman jika mereka tidak mengetahuinya.
Maka hampir setiap malam, aku selalu
bergerilya ke kamar Shinta. Namun aku hanya
berhasil sampai tahap melucuti pakaiannya.
Setiap kali penisku mulai masuk, Shinta selalu
terbangun.
Empat bulan sejak pengalaman pertama, aku
belum pernah lagi melakukan sex. Pada bulan
kelima, aku masuk SMP dan pada pelajaran
biologi aku mengenal suatu bahan kimia
praktikum yang digunakan untuk membius.
Saat itu aku langsung berpikir bahwa aku bisa
menggunakannya bersetubuh dengan Shinta
lagi.
Setelah pelajaran biologi, aku mengambil
sebotol obat bius untuk dibawa ke rumah. Pada
malam hari setelah semuanya tertidur, aku
masuk ke kamar Shinta. Sebuah sapu tangan
yang telah dilumuri obat bius aku tempatkan di
hidung Shinta. Setelah beberapa saat, aku
angkat sapu tangan tersebut dan mulai melucuti
pakaian Shinta. Dan setelah aku melucuti
seluruh pakaianku, aku naik ke ranjang Shinta
dan duduk di antara kedua kakinya.
Aku mengambil posisi favoritku dengan
menempatkan kedua kakinya melingkari
pinggangku. Aku masukkan penisku ke
vaginanya dengan perlahan sampai keseluruhan
penisku masuk. Goyangan pinggulku mulai
menggoyang tubuh Shinta. Aku memeluk
tubuhnya dengan erat dan penisku bergerak
keluar masuk dengan cepat. Karena aku yakin
Shinta tidak akan terbangun maka aku bisa
mengubah posisi sesukaku. Seperti
sebelumnya, saat pada puncaknya aku biarkan
spermaku tertumpah di dalam vaginanya.
Sejak saat itu hampir setiap hari aku
menyetubuhi adikku, Shinta. Sesekali jika Papa
sedang di luar kota, aku juga menyetubuhi
Mama. Alangkah beruntungnya aku. Dengan
ilmu pengetahuan, suatu hambatan ternyata
dapat diselesaikan dengan mudah.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1726
U-ON

inc Powered by Xtgem.com